JAKARTA – Masih dalam Upaya meningkatkan literasi dan inklusi keuangan kepada masyarakat, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus menggencarkan gerakan edukasi agar masyarakat paham dalam hal pengelolaan keuangan.
Kali ini sasaran OJK adalah kalangan perempuan dan pelaku UMKM di Sumatera Selatan. Mereka sekaligus juga didik untuk menjadi agen literasi keuangan di masyarakat.
Karena itu, OJK kembali menyelenggarakan edukasi keuangan syariah Sahabat Ibu Cakap Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah (Sicantiks). Ini dengan mengusung tema ‘Perempuan Berdaya, Masyarakat Sejahtera’.
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi dalam keterangannya, Minggu (19/5/2025) mengungkapkan, OJK menempatkan perempuan sebagai salah satu dari 10 segmen prioritas edukasi keuangan untuk pengelolaan keuangan guna meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Karena, kata dia. perempuan adalah madrasah pertama bagi putra-putrinya.
Frederica menjelaskan, kegiatan Sahabat Ibu Cakap Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah (Sicantiks) di Palembang diikuti 100 anggota Tim Penggerak PKK Provinsi Sumatera Selatan dan 400 Pendamping UMKM PT Permodalan Nasional Madani (PNM) secara luring. Serta 4.917 Pendamping UMKM PT PNM secara daring dari wilayah regional Sumatera.
Ibu-ibu tim penggerak PKK dan pendamping UMKM dari PNM ini, menurut Frederica, memiliki peran strategis sebagai ujung tombak dalam membimbing masyarakat. Kaena itu, menurut dia, ibu-ibu perlu memiliki pemahaman yang lebih luas terkait produk dan layanan keuangan syariah.
Ia mengimbau peserta untuk waspada terhadap kejahatan digital yang makin marak, seperti pinjaman online ilegal (pinjol), investasi bodong, dan penipuan berbasis scam maupun deepfake AI.OJK juga akan terus mengajak seluruh pemangku kepentingan, termasuk lembaga keuangan, pemda, organisasi perempuan, dan legislatif untuk bersinergi dalam memperluas jangkauan literasi dan pelindungan konsumen.
“Saya ingin titip tiga hal. Pertama, edukasi keuangan untuk perempuan. Kedua, Ibu harus memahami literasi dan inklusi keuangan syariah yang menciptakan generasi masa depan melek keuangan. Ketiga, sinergi dan kolaborasi, OJK tidak bisa kerja sendiri jadi ini harus disinergikan dan dikolaborasikan,” ujarnya.
Pada kesempatan tersebut, Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Sumatera Selatan Feby Herman Deru mengapresiasi program Sicantiks yang dinilai relevan. Serta dibutuhkan oleh para ibu rumah tangga dan pelaku UMKM perempuan.
“Banyak keluarga yang sebetulnya berkecukupan dari segi finansial namun karena minimnya literasi keuangan akhirnya tetap menjadi keluarga yang kurang mampu. Dengan pelatihan ini, saya berharap para kader PKK bisa menjadi agen perubahan di lingkungan keluarga dan masyarakat,” ucapnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Fauzi Amro menuturkan program Sicantiks menjadi wujud nyata dari pelaksanaan Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK). Ini yang mewajibkan pelaku industri jasa keuangan untuk menjalankan kegiatan edukasi kepada masyarakat.
“Tingkat literasi keuangan kita meningkat dari periode sebelumnya itu kurang lebih di angka, 65 persen menjadi 66 persen literasi keuangannya, sementara inkusi keuangannya itu dari 75 persen menjadi 80 persen. Artinya dengan meningkatnya literasi dan inkusi keuangan ini, pemahaman terhadap keuangan yang dilakukan oleh OJK sosialisasi itu berhasil,” kata Fauzi.