Saham BSI Masuk Top 5 Bank Dengan Kenaikan Harga Tertinggi

SEPUTARBANK, JAKARTA – PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) menduduki peringkat lima sebagai bank dengan kenaikan harga saham tertinggi karena harga saham yang dinilai prospektif dan menjanjikan ke depannya.

“Harga saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk. atau BSI dinilai prospektif dan menjanjikan ke depan, setelah melanjutkan tren penguatan selama sebulan terakhir. Bahkan emiten bersandi BRIS tersebut menjadi Top 5 bank dengan kenaikan harga saham tertinggi,” dalam keterangan di Jakarta, Kamis.

Pada penutupan pasar modal Rabu (3/1), BRIS menguat di level Rp1.800 atau naik 3,45 persen dibandingkan dengan harga penutupan di hari sebelumnya. Kenaikan harga saham itu terjadi pada saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup turun minus 0,61 persen ke level 7.279 dari hari sebelumnya yang sebesar 7.323.

Pencapaian tersebut menunjukkan bahwa secara tahunan (year-on-year/yoy), BRIS telah memberikan return yang signifikan yaitu sebesar 41,02 persen. Dengan demikian mengantarkan BSI masuk dalam top 5 emiten bank dengan return saham tertinggi.

Sementara pada penutupan pasar perdagangan saham hari ini, saham BRIS menguat ke level Rp1.895 atau naik 5,28 persen dibandingkan dengan harga penutupan kemarin.

Positifnya pergerakan saham BRIS tersebut didorong oleh peningkatan minat dari investor institusi. Hal ini tercermin dari net buy investor institusi yang tinggi baik asing maupun domestik.

Kenaikan harga saham tersebut juga tak lepas dari meningkatnya kepercayaan investor terhadap kinerja fundamental BRIS yang solid, dan tumbuh secara berkelanjutan semenjak merger pada awal 2021.

Adapun berdasarkan laporan keuangan perseroan sampai dengan November 2023, laba bersih BSI tercatat sebesar Rp5,1 triliun, bertumbuh 30 persen secara tahunan. Pertumbuhan laba bersih tersebut, sejalan dengan peningkatan pembiayaan yang disalurkan yaitu mencapai Rp235,01 triliun atau naik sekitar 14 persen.

BSI pun mampu menjaga kualitas aset tetap prudent. Hal ini terbukti dengan pembiayaan bermasalah atau non-performing financing (NPF) gross yang menurun menjadi 2,15 persen dibandingkan dengan posisi November 2022 sebesar 2,53 persen.

(Rep: Ilman, sumber Ant)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *