Hadapi Lesunya Kredit, BI: Bali Punya Pariwisata, BPR Harus Optimis Bersaing   

DENPASAR – Sektor pariwisata diyakini telah dominan menopang pertumbuhan ekonomi di Bali. Keyakinan ini diungkapkan Former Director of Organization & Strategy Management Bank Indonesia (BI) Trisno Nugroho.

Optimisme Trisno yang juga Staf Ahli Gubernur Bali diungkapkan saat menjadi narasumber pada Seminar Nasional dan Gathering BPR ArisankU 2025 bertajuk “Menjawab Tantangan Kredit dan Mendorong Pemulihan: Strategi BPR Menghadapi Lesunya Kredit dan Antisipasi CKPN” yang digelar BPR Kanti, di Gedung Pusat Pendidikan dan Pelatihan BPR Kanti, Gianyar, Jumat (4/7/2025) kemarin.

Trisno pun menyemangati agar BPR terus optimis untuk bersaing.

“Kita harus optimis dan saya berharap BPR terus berinovasi agar mampu bersaing. Dengan kunjungan wisatawan mancanegara yang terus meningkat, Bali punya peluang besar yang tidak dimiliki daerah lain. Kompetisi memang pasti ada, tapi inovasi adalah jawabannya,” ujar Trisno.

Sementara perwakilan dari BNI, yang menjadi narasumber pada seminar tersebut, Acta Suryadinatamenyampaikan komitmen dukungannya terhadap BPR, khususnya dalam aspek permodalan. Pihaknya siap mendukung. Pasalnya, Acta melihat tujuan BPR sama, memajukan ekonomi daerah, khususnya Bali.

Seminar dan gathering ini sebagai momen kebersamaan yang menjadi simbol hangatnya sinergi antar BPR se-Indonesia. Demikian disampaikan Direktur Utama BPR Kanti, Made Arya Amitaba.

Amitaba mengungkapkan, melalui seminar ini, diharapkan BPR dapat merumuskan strategi konkret untuk memperkuat ketahanan industri, meningkatkan kepercayaan masyarakat dan menjaga semangat kolaborasi dalam menghadapi tantangan ke depan.

Acara ini, kata dia, tidak sekadar berbagi pengetahuan, tetapi juga menyampaikan pesan moral bahwa BPR mampu menghadirkan inovasi layanan setara dengan bank umum.

“BPR bisa, SDM BPR tidak kalah dengan SDM bank umum. Ini penting untuk mengikis rasa minder SDM BPR yang selama ini sulit mendapatkan talenta berkualitas,” ungkap Amitaba.

Ia pun memaparkan tentang Program Tabungan ArisanKU yang saat ini memasuki usia 18 tahun, dan sudah diikuti 111 BPR di 16 provinsi. Menurut Amitaba, ini merupakan bukti nyata kolaborasi BPR se-Indonesia dalam membangun kepercayaan masyarakat.

“Tabungan ArisanKU bukan sekadar produk simpanan, tapi simbol kolaborasi dan kepercayaan. Ini produk berbasis kebersamaan. Biaya dana dan penyelenggaraannya setara deposito dengan disisihkan untuk hadiah yang diundi bersama,” ujarnya.

Berbagai isu strategis dibahas dalam seminar tersebut, seperti lesunya penyaluran kredit di BPR pasca-pandemi Covid-19.

Melalui seminar ini, Amitabar berharap BPR dapat menemukan strategi konkret dalam menghadapi tantangan tersebut.

“Terutama dalam hal penyaluran kredit, mitigasi risiko, hingga kesiapan menghadapi penerapan regulasi baru,” tandasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *