Pasca BI Rate Turun, Bank Mega Syariah Beberkan Strategi Genjot Pembiayaan Ritel

JAKARTA – Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunganya menjadi 5,50 persen. Kabar ini bagaikan angin segar bagi perbankan. Pasalnya, penurunan ini tak hanya berdampak pada  penurunan cost of fund, namun juga berpotensi meningkatkan Net Interest (NI).

Tak hanya itu, kebijakan ini sekaligus momen perbankan untuk menggenjot kinerja intermediasinya.

Hal ini diakui Bank Mega Syariah, yang merasakan tren penurunan suku bunga ini dapat berdampak pada penurunan cost of fund atau biaya dana perbankan.

Corporate Secretary Division Head Bank Mega Syariah Hanie Dewita mengungkapkan, ketika suku bunga turun, khususnya suku bunga Deposit Facility yang kini menjadi 4,75 persen, maka biaya dari dana mahal seperti deposito cenderung ikut turun. 

Hanie membeberkan rasio cost of fund Bank Mega Syariah, per April 2025 sudah turun menjadi 4,30 persen dari posisi 4,55 persen pada Desember 2024.

“Diharapkan penurunan suku bunga saat ini dapat menurunkan cost of fund Bank Mega Syariah,” ungkap Hanie dikutip 7 Juni 2025.

Cost of fund yang lebih rendah, lanjut Hanie, memberikan ruang bagi bank untuk melakukan penyesuaian margin sehingga berpotensi meningkatkan NI. Hal ini, menurut dia, dibuktikan dengan rasio NI Bank Mega Syariah meningkat dari 4,04 persen di Maret menjadi 4,21 persen di April 2025.

Dengan turunnya suku bunga dan strategi perusahaan dalam mengoptimalkan fungsi intermediary, maka kata dia, hal ini akan mendorong pertumbuhan bisnis perusahaan. Bank Mega Syariah sendiri mencatatkan total pembiayaan per April 2025 mencapai Rp8,9 triliun, naik 25,6 persen dari penyaluran di April 2024. 

Di satu sisi, dana pihak ketiga (DPK) juga meningkat 4,3 persen menjadi lebih dari Rp11,4 triliun. Fungsi intermediary yang berjalan baik menjadikan financing to deposit ratio (FDR) di posisi optimal yaitu 84,9 persen, naik dari posisi 69,2 persen pada April 2024. 

“Naiknya penyaluran pembiayaan dan turunnya cost of fund turut mendongkrak pendapatan bank. Hingga April 2025, pendapatan setelah distribusi bagi hasil naik lebih dari 5 persen dari April 2024 menjadi Rp216,6 miliar di 2025. Peningkatan pembiayaan ini tetap dibarengi dengan kualitas yang terjaga dengan rasio non performing financing (NPF) di bawah 1 persen,” ujar Hanie.

Suku bunga yang lebih rendah, mendorong bisnis untuk berinvestasi dan meningkatkan daya beli. Untuk memanfaatkan peluang ini, Bank Mega Syariah menggenjot bisnis yang fokus pada ekosistem mitra di institusi kesehatan, pendidikan, dan sektor publik lainnya. 

Bank Mega Syariah menyediakan paket layanan bisnis korporasi untuk memenuhi kebutuhan layanan keuangan perusahaan baik dari sisi pembiayaan dan pendanaan. Layanan pembiayaan antara lain seperti pembiayan modal kerja dan joint financing. Di satu sisi, tabungan payroll di seluruh ekosistem nasabah korporasi juga terus dikembangkan.

Tidak hanya sampai di situ, Bank Mega Syariah juga melakukan pendekatan B2B2C (business to business to consumer) di mana tidak hanya sebatas kerjasama korporasi tapi juga diperluas untuk memberikan layanan perbankan yang menyeluruh kepada seluruh ekosistem di perusahaan tersebut. 

“Kami berupaya memberikan pembiayaan yang disesuaikan dengan kebutuhan nasabah korporasi. Disamping itu, kami juga memperkuat bisnis pembiayaan ritel di dalam nasabah korporasi tersebut dengan menawarkan produk konsumer seperti pembiayaan rumah, pembiayaan tanpa agunan (PTA), pembiayaan haji khusus maupun pembiayaan konsumer lainnya melalui kartu pembiayaan Syariah Card,” ujar Hanie.

Selain pembiayaan ritel, Bank Mega Syariah juga memberikan layanan pendanaan ritel kepada ekosistem nasabah korporasi melalui berbagai produk seperti tabungan haji,  tabungan berkah digital, hingga deposito digital yang dapat diakses melalui mobile banking M-Syariah.

Bank Mega Syariah juga memberikan keuntungan bagi jamaah haji yang bertransaksi menggunakan syariah Card di tanah suci dengan program cashback hingga Rp1 juta. Tidak hanya di Arab Saudi, program ini juga berlaku di Turki, UEA, dan Qatar.

“Sejak diluncurkan pada 2023, Syariah Card menjadi salah satu alat pembayaran favorit nasabah Bank Mega Syariah. Hal ini terlihat dari jumlah penyaluran pembiayaan Syariah Card yang terus meningkat setiap tahunnya,” ungkap Syariah Card Business Division Head Bank Mega Syariah Eva Dahlia Kusumawati. 

Per April 2025, total pembiayaan Syariah Card meningkat lebih dari 228 persen dibandingkan periode April 2024. Selama periode Januari hingga April 2025, transaksi Syariah Card di antaranya paling banyak digunakan untuk transaksi ritel dan marketplace yang mencapai 13 persen. Kemudian yang kedua untuk belanja pakaian dan aksesori 9 persen; restoran 8 persen; serta produk kesehatan dan kecantikan 7 persen. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *