SYAFIF Goes To Bandung, Komitmen OJK Dukung Pemerintah Jadikan Indonesia Pusat Keuangan Syariah Dunia

BANDUNG – Syariah Financial Fair (SYAFIF) Goes to Bandung, menjadi bagian dari upaya meningkatkan inklusi dan literasi keuangan syariah, di tengah potensi besar masyarakat Jawa Barat yang mencapai 53 juta jiwa.

Acara ini digagas Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat beserta berbagai pelaku usaha jasa keuangan syariah. Digelar di Trans Studio Mall Bandung pada 2-3 Agustus 2025, SYAFIF Goes to Bandung mengambil tema ‘Tebar Berkah, Tebar Manfaat’.

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen (KE PEPK), Friderica Widyasari Dewi menyampaikan, OJK secara aktif mendukung komitmen pemerintah dalam mewujudkan Asta Cita, khususnya menjadikan Indonesia sebagai pusat ekonomi dan keuangan syariah dunia.

Friderika menjelaskan, melalui gelaran Syafif ini, OJK ingin membawa keuangan syariah lebih dekat dengan masyarakat melalui pemberian kesempatan untuk mengenal, memahami, dan mencoba langsung produk serta layanan keuangan syariah dalam suasana yang edukatif dan menyenangkan.

Secara nasional, menurut dia, kinerja industri keuangan syariah terus menunjukkan peningkatan.

Per April 2025, total aset industri keuangan syariah secara year on year, meningkat sebesar 9,42 persen atau kurang lebih Rp 2.900 triliun, dengan rincian total aset perbankan syariah mencapai Rp 954 triliun, pasar modal syariah Rp 1.791 triliun, dan lembaga keuangan non bank sebesar Rp 176 trilun.

Namun, dikatakannya, tingkat literasi dan inklusi ekonomi syariah tidak berimbang. Literasi keuangan syariah dalam beberapa tahun ke belakang mandek di angka 9 persen, tetapi tahun 2024 naik signifikan ke angka 43 persen, sedangkan inklusinya masih berada di angka 13 persen.

“Artinya, orang sudah banyak yang paham, tapi belum menggunakannya. Oleh karena itu SYAFIF hadir pada hari ini untuk meningkatkan inklusi keuangan syariah. Di sini masyarakat bisa langsung buka rekening syariah, tanya soal asuransi, investasi. Ini bentuk nyata kolaborasi antara OJK, pelaku usaha jasa keuangan, dan pemerintah,” ucap Friderica.

Friderika juga mengatakan, dibutuhkan peningkatan demand dari masyarakat untuk penguatan ekosistem ekonomi syariah, sehingga tidak bisa hanya fokus pada sisi penyedia produk.

Artinya, menciptakan warga yang sadar dan peduli terhadap keuangan syariah adalah kunci keberhasilan peningkatan inklusi.

“Kalau ingin membangun ekonomi syariah, kita tidak bisa hanya bicara soal keuangan. Kita harus bangun ekosistemnya pelaku UMKM, pembiayaan, edukasi, sampai ke produk yang mudah dipahami masyarakat,” ujarnya.

Acara tersebut juga melibatkan pemerintah daerah setempat, yakni Pemprov Jabar, yang menyambut baik dipilihnya kota Bandung sebagai lokasi penyelenggaraan Syariah Financial Fair untuk ketiga kalinya.

Hal ini diungkapkan Perwakilan dari Pemprov Jabar, Kepala Biro Perekonomian, Budi Kurnia.

“Ini membuktikan posisi strategis Jabar sebagai pusat pengembangan ekonomi syariah. Terima kasih karena Jawa Barat kembali dipercaya. Dengan populasi 53 juta, Jabar memiliki potensi ekonomi yang luar biasa untuk menjadi bagian penting dalam misi Indonesia Emas 2045, sebagai pusat ekonomi dan keuangan syariah dunia,” ujar Budi.

Di Jabar, kata dia, ada lebih dari 13 ribu pesantren, sehingga ini bisa menjadi rangka inti dan fondasi yang sangat kuat dalam membangun ekonomi syariah.

Untuk itu, Pemprov Jabar berkomitmen memperkuat sinergi bersama OJK, Bank Indonesia, KDEKS, pelaku industri jasa keuangan syariah, serta seluruh elemen masyarakat, dalam rangka perluasan dan pengembangan ekonomi dan keuangan syariah, guna memperkuat ekonomi daerah Provinsi Jabar.

“Mari kita jadikan kegiatan SYAFIF ini, sebagai momentum untuk memperkuat ekosistem ekonomi keuangan syariah, demi terwujudnya masyarakat yang sejahtera lahir dan batin, serta menjadikan Jabar sebagai pusat pertumbuhan ekonomi syariah di Indonesia,” ujar Budi.

Dalam laporannya Kepala OJK Jabar Darwisman mengatakan, SYAFIF Goes to Bandung merupakan wujud nyata komitmen OJK dalam memperkuat literasi dan inklusi keuangan kepada masyarakat luas khususnya di kota bandung dan provinsi Jawa Barat.

“Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya untuk memperkuat ekosistem ekonomi dan keuangan syariah yang inklusif dan berdaya saing, selaras dengan visi besar menjadikan Indonesia sebagai pusat keuangan syariah dunia,” ungkapnya.

Di Provinsi Jabar, kinerja keuangan syariah sampai bulan Mei 2025 terus menunjukan hal yang positif. Tentunya ini menjadi potensi yang sangat besar bagi pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di Provinsi Jabar.

“Total aset perbankan syariah di Jabar sudah mencapai 125 triliun, atau tumbuh 11,13 persen secara tahunan.

Kemudian dari sektor industri keuangan non bank, di Jabar terdapat 12 Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS), dengan total aset mencapai Rp67,57 miliar dan pembiayaan senilai Rp22,73 miliar, dengan kualitas pembiayaan bermasalah pun masih berada di angka 5,10 persen per Maret 2025,” ujarnya.

Sebagai informasi, SYAFIF Goes to Bandung digelar 2 hari, melibatkan 25 pelaku usaha jsasa keuangan syariah yang mengisi 24 booth inklusi, yang meliputi perbankan, pasar modal, asuransi, pembiayaan, penjaminan, dan pegadaian.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *