Pakar Ekonomi: Digitalisasi Perbankan Berperan Krusial Gerakkan Pariwisata Bali

DENPASAR – Sektor perbankan memiliki peran vital dalam menopang industri pariwisata, khususnya di Bali. Demikian pandangan Prof. Ida Bagus Raka Suardana, pakar ekonomi dan akademisi dari Universitas Pendidikan Nasional (UNDIKNAS) Denpasar.

Raka Suardana menilai, kontribusi bank terlihat jelas dari penyediaan fasilitas kredit untuk pengembangan infrastruktur pariwisata seperti hotel, restoran, dan transportasi, hingga layanan transaksi digital yang memudahkan pelaku usaha dan wisatawan.

Raka Suardana juga menyoroti peran bank dalam menyalurkan dana pemulihan ekonomi pariwisata pasca-pandemi, termasuk melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) pariwisata. Selain itu, bank aktif mengedukasi masyarakat tentang keuangan digital melalui kerja sama dengan pemerintah daerah dan komunitas pariwisata.

Dukungan finansial ini terbukti signifikan. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penyaluran KUR sektor pariwisata di Bali mencapai Rp1,2 triliun pada tahun 2024. Angka ini menunjukkan bagaimana perbankan memperkuat struktur finansial dan mempercepat pemulihan industri pariwisata yang sempat terpuruk.

Bagi pelaku pariwisata, memilih bank yang tepat adalah hal krusial. Ini berkaitan langsung dengan kenyamanan transaksi, keamanan dana, dan kemudahan akses layanan.

“Bank yang menyediakan layanan internasional, seperti akun multivaluta, QRIS lintas negara, dan mobile banking dengan fitur lengkap akan sangat membantu dalam melayani wisatawan mancanegara,” jelas Prof. Raka Suardana.

Jaringan luas dan pelayanan cepat juga menjadi faktor penting. Pelaku pariwisata di daerah terpencil seperti Ubud atau Nusa Dua tentu akan sangat terbantu dengan bank yang memiliki banyak ATM dan cabang. Pilihan bank yang tepat tidak hanya mencerminkan profesionalisme pelaku pariwisata, tetapi juga mendukung kepuasan pelanggan wisatawan.

Terobosan perbankan di sektor digital juga memainkan peran sentral dalam proses transaksi antara pelaku pariwisata dan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.

Ia mencontohkan, pelaku usaha vila, agen perjalanan, atau pengemudi wisata kini dapat menerima pembayaran dari wisatawan asing melalui QRIS, transfer internasional, atau dompet digital. Aplikasi perbankan juga membantu dalam pencatatan keuangan, pembelian tiket masuk objek wisata, dan pembayaran kepada pemasok.

Data Bank Indonesia (BI) tahun 2024, Raka menjelaskan, menunjukkan transaksi QRIS di sektor pariwisata Bali tumbuh 85 persen.

“Hal ini menunjukkan adopsi digital yang pesat, efisiensi dan kecepatan transaksi, yang pada akhirnya meningkatkan pelayanan dan daya saing pelaku pariwisata,” jelasnya.

Penggunaan layanan digital perbankan ini terbukti sangat berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pelaku pariwisata. Survei Badan Pusat Statistik (BPS) Bali tahun 2024 mengungkapkan bahwa sekitar 67 persen pelaku pariwisata yang menggunakan transaksi digital mengalami peningkatan pendapatan hingga 20 persen dibandingkan mereka yang masih menggunakan metode konvensional.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *