JAKARTA – Kinerja positif terus ditorehkan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) dalam menjaga kualitas asetnya. Terbukti, hingga penutup Triwulan I/2025, BRI mampu menurunkan rasio kredit bermasalah (NPL) menjadi 2,97%, lebih baik dibandingkan posisi Maret 2024 sebesar 3,11%.
Keberhasilan ini tak lepas dari implementasi manajemen risiko yang efektif dan prinsip kehati-hatian dalam setiap penyaluran kredit.
Menurut Direktur Manajemen Risiko BRI, Mucharom, penurunan NPL ini menjadi indikator keberhasilan strategi perseroan. Selain itu, BRI juga memiliki rasio coverage yang sangat kuat, mencapai 200,60% per Maret 2025.
Angka ini menunjukkan kesiapan BRI dalam menghadapi potensi risiko kredit di tengah ketidakpastian ekonomi global maupun domestik.
Mucharom menjelaskan, dengan coverage ratio yang sangat memadai ini, BRI tidak hanya mampu menjaga stabilitas neraca secara berkelanjutan.
“Namun juga memberikan keyakinan kepada investor, regulator, dan seluruh stakeholders bahwa perseroan memiliki fundamental yang kuat dalam menghadapi dinamika ekonomi, terutama di tengah kondisi tekanan ekonomi dan geopolitik global seperti perang tarif,” ujar Mucharom.
Dari sisi penyaluran kredit, lanjut dia, hingga akhir Triwulan I, BRI berhasil mencatatkan penyaluran kredit sebesar Rp 1.373,66 triliun atau tumbuh 4,97% YoY. Penyaluran kredit BRI masih didominasi oleh segmen UMKM dengan porsi mencapai 81,97% dari total kredit BRI, atau dengan nominal sebesar Rp 1.126,02triliun. Capaian positif ini mempertegas komitmen BRI dalam memperkuat pondasi ekonomi kerakyatan.
Mucharom menambahkan, melalui dukungan pembiayaan kepada sektor produktif.
“BRI berperan strategis dalam membuka lapangan kerja baru dan berkontribusi dalam menurunkan tingkat kemiskinan nasional, sejalan dengan visi pembangunan nasional yang tercantum dalam Asta Cita Pemerintah RI,” tutupnya.