JAKARTA – Menghadapi proyeksi ekonomi positif tahun 2026 dan angka inflasi yang tetap stabil, Bank Indonesia (BI) resmi meluncurkan berbagai paket insentif. Langkah ini diambil untuk memastikan kebijakan penurunan suku bunga acuan dapat segera dirasakan oleh masyarakat melalui penurunan suku bunga kredit.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyoroti fenomena masih lambatnya perbankan dalam menyesuaikan bunga kredit, padahal bank sentral telah berulang kali melakukan pelonggaran moneter. Menurutnya, efektivitas transmisi kebijakan ini harus diperkuat agar manfaatnya bisa menyentuh sektor riil lebih cepat.
“Pelonggaran moneter dari BI serta penempatan dana Saldo Anggaran Lebih (SAL) pemerintah di sistem perbankan seharusnya direspons oleh bank dengan menurunkan suku bunga mereka secara lebih agresif,” ujar Perry dalam pernyataan resminya, Kamis (18/12/2025).
Data Penurunan Suku Bunga
Berdasarkan catatan Bank Indonesia, terdapat perbedaan kecepatan penurunan bunga di berbagai sektor selama tahun 2025:
BI-Rate & INDONIA: Sepanjang 2025, BI-Rate telah dipangkas sebesar 125 bps. Hal ini diikuti dengan jatuhnya suku bunga INDONIA sebesar 191 bps, dari 6,03% di awal tahun menjadi 4,12% per 16 Desember 2025.
Suku Bunga Deposito: Penurunan pada suku bunga dana berjalan cukup baik. Deposito tenor satu bulan mengalami penyusutan 67 bps, dari 4,81% menjadi 4,14% per November 2025.
Suku Bunga Kredit: Di sisi lain, bunga kredit justru tercatat paling lambat penurunannya, yakni hanya berkurang 24 bps, dari 9,20% menjadi 8,96% dalam periode yang sama.
BI mengisyaratkan bahwa peluang untuk menurunkan suku bunga acuan lebih lanjut masih terbuka lebar. Keputusan ini akan sangat bergantung pada stabilitas ekonomi dan kendali inflasi di masa depan.
Dengan terus mendorong perbankan untuk menurunkan bunga kredit, Bank Indonesia berharap roda perekonomian nasional dapat bergerak lebih kencang dan mendukung pemulihan yang berkelanjutan.
