JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meresmikan Ekosistem Pusat Inklusi Keuangan Syariah (EPIKS) di Pondok Pesantren Minhaajurrosyidiin, Jakarta Timur, sebuah inisiatif ambisius untuk mendalamkan akar ekonomi syariah di Ibu Kota
Program menempatkan lembaga pendidikan Islam ini, sebagai garda terdepan dalam literasi dan inklusi keuangan syariah.
Sebagai hasil kolaborasi strategis OJK, Pemprov DKI Jakarta, Kementerian Agama, dan Lembaga Jasa Keuangan di bawah payung Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) DKI Jakarta, EPIKS merupakan langkah konkret yang sejalan dengan visi “Jakarta Top 20 Global City” dan roadmap Komite Daerah Ekonomi dan Keuangan Syariah (KDEKS) DKI Jakarta.
Visi OJK: Mencetak Generasi Melek Keuangan Syariah
Friderica Widyasari Dewi, Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen OJK, menyoroti peran sentral pesantren.
“Kami tidak sekadar memberikan edukasi, tetapi menanamkan nilai tambah dalam literasi dan inklusi keuangan. Bekal ini krusial bagi masa depan santri, pengurus, dan seluruh keluarga besar pesantren,” ujarnya.
Ia juga menekankan bahwa penguatan pemahaman keuangan syariah adalah benteng perlindungan masyarakat di tengah tantangan era digital. “Digitalisasi membawa manfaat besar, namun risikonya juga luar biasa. Oleh karena itu, edukasi menjadi tugas yang sangat penting bagi OJK untuk melindungi masyarakat dari potensi risiko keuangan,” tegas Friderica.
EPIKS: Pusat Layanan Keuangan Holistik
Kepala OJK Jabodebek, Edwin Nurhadi, menjelaskan bahwa EPIKS dirancang sebagai ekosistem ekonomi yang komprehensif, disesuaikan dengan kebutuhan riil pesantren. Melalui EPIKS, seluruh komunitas pesantren – mulai dari pelajar, mahasiswa, tenaga pengajar, hingga UMKM di sekitarnya – kini memiliki akses terintegrasi ke berbagai layanan:
- Akses Permodalan: Pembiayaan UMKM syariah.
- Tabungan: Pembukaan kartu dan tabungan pelajar syariah.
- Investasi: Layanan investasi syariah dan pembentukan Galeri Investasi Syariah (GIS).
- Pelatihan: Edukasi keuangan dan pasar modal yang terstruktur.
Chairul Baihaqi, Ketua Pondok Pesantren Minhaajurrosyidiin, menyambut inisiatif ini dengan antusias, berharap pesantrennya dapat menjadi model percontohan bagi lembaga sejenis di seluruh DKI Jakarta.
Komunitas Minhaajurrosyidiin: Pilot Project Ideal
Pondok Pesantren Minhaajurrosyidiin dipilih sebagai lokasi peresmian karena ekosistemnya yang masif: melibatkan lebih dari 1.600 pelajar, 300 santri, dan 22 UMKM potensial yang siap dikembangkan melalui dukungan layanan keuangan syariah.
Peresmian ini ditandai dengan serangkaian kegiatan nyata, di antaranya:
Penandatanganan GIS Syariah: Komitmen pembentukan Galeri Investasi Syariah pertama di lingkungan pesantren DKI Jakarta, bekerja sama dengan BEI dan Phintraco Sekuritas.
Pemberdayaan UMKM: Pelantikan Agen Laku Pandai Syariah dari perwakilan UMKM dan koperasi.
Edukasi Massal: Sesi edukasi keuangan dan pasar modal untuk sekitar 750 pelajar dan mahasiswa.
Inisiatif Ekonomi Hijau: Peluncuran Reverse Vending Machine dan penanaman pohon sebagai bagian dari gerakan ekonomi hijau.
Kolaborasi dalam EPIKS ini melibatkan partisipasi aktif dari BEI, Bank Syariah Indonesia (BSI), Phintraco Sekuritas, dan STAIMI.
Mempercepat Inklusi Keuangan Syariah Nasional
Inisiatif EPIKS adalah bagian dari upaya masif OJK yang telah menggelar ribuan kegiatan edukasi. Hingga Oktober 2025, OJK telah mencatatkan 1.627 kegiatan edukasi keuangan syariah (6,22 juta peserta) dan 5.738 kegiatan GENCARKAN Syariah (15,2 juta peserta). Secara nasional, implementasi EPIKS telah berhasil membuka 93 agen layanan keuangan syariah dan membentuk sejumlah galeri investasi syariah di berbagai pesantren.
Pada tahun 2024, OJK telah mengimplementasikan program EPIKS di 10 pesantren dan melaksanakan pra-kegiatan di 20 lokasi lainnya, menunjukkan komitmen kuat untuk menjadikan pesantren sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi syariah di Indonesia.






