Kolaborasi Bank Syariah Sragen, OJK Solo, dan Pemkab Sragen Gelar Sosialisasi Edukasi Keuangan di Desa Kaliwedi

SRAGEN — Dalam upaya meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di masyarakat, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Solo berkolaborasi dengan Bank Syariah Sragen dan Pemerintah Kabupaten Sragen menyelenggarakan kegiatan Sosialisasi Edukasi Keuangan di Pendopo Bumdes Kaliwedi (Waterboom), Desa Kaliwedi, Kecamatan Gondang, Kabupaten Sragen.

Kegiatan ini diikuti oleh lebih dari 150 peserta yang terdiri dari perangkat desa dan anggota PKK Kecamatan Gondang. Antusiasme peserta terlihat tinggi selama kegiatan berlangsung, dengan banyaknya peserta yang aktif bertanya serta memberikan insight dan pandangan positif terkait pengelolaan keuangan keluarga dan potensi ekonomi desa.

Turut hadir dalam acara tersebut Plt. Camat Gondang, Endang Widayanti, Kepala Desa Kaliwedi, Daryono, Kabag Perekonomian dan Sumber Daya Alam Kabupaten Sragen, Haryanti, yang hadir mewakili Pemerintah Kabupaten Sragen, perwakilan OJK Solo, Candra Ashiddiq, serta Direktur Utama Bank Syariah Sragen, Fakhruddin Nur, yang juga bertindak sebagai narasumber utama.

Dalam paparannya, Fakhruddin Nur membawakan materi bertema “Perekonomian Berbasis Rumah Tangga”, yang menekankan pentingnya mengelola pendapatan dan pengeluaran keluarga secara bijak. Ia mengajak peserta untuk mulai memenuhi kebutuhan pokok secara mandiri, seperti melalui kegiatan produktif rumah tangga, serta menerapkan ekonomi sirkular dengan cara menabung dari hasil penjualan sampah daur ulang.

Melalui inisiatif ini, masyarakat dapat meningkatkan pendapatan sekaligus menumbuhkan kebiasaan menabung.
Selain itu, beliau juga menyoroti berbagai isu keuangan yang marak di masyarakat, khususnya di kalangan generasi muda. Antara lain, bahaya judi online (judol) yang merugikan banyak pihak, serta risiko penggunaan pinjaman online (pinjol) dan paylater secara tidak bijak.

“Banyak kasus di mana generasi muda tidak bisa melamar pekerjaan karena tercatat memiliki tunggakan kecil di sistem SLIK OJK, bahkan hanya Rp50 ribu atau Rp100 ribu. Hal tersebut sudah cukup untuk menghambat proses rekrutmen,” jelasnya.

Dalam sesi terakhir, Fakhruddin juga menyoroti fenomena investasi berisiko tinggi di kalangan Gen Z. Ia mengingatkan bahwa kurangnya edukasi literasi keuangan membuat banyak anak muda belum memahami prinsip dasar investasi yang sehat.

Banyak dari mereka belum memiliki tabungan atau aset aman seperti deposito dan emas, namun sudah berani berinvestasi di aset berisiko tinggi seperti kripto, bahkan menggunakan modal hasil pinjaman online. Akibatnya, tidak sedikit yang mengalami kerugian besar karena kurangnya pemahaman terhadap risiko dan manajemen keuangan pribadi.

Kegiatan sosialisasi ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan kecakapan finansial masyarakat, khususnya bagi ibu-ibu rumah tangga dan perangkat desa, agar mampu mengelola keuangan keluarga secara sehat, bijak, dan berkelanjutan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *