Seminar Perbarindo Solo Raya, OJK Dorong BPR-BPRS Perluas Akses Keuangan ke Masyarakat

SOLO – Industri perbankan, khususnya Bank Perekonomian Rakyat (BPR) dan BPR Syariah, di tengah pesatnya dinamika teknologi dan perubahan perilaku nasabah saat ini, penting untuk memiliki pemahaman mendalam tentang prospek ke depan.

Hal ini ditekankan oleh Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Solo, Eko Hariyanto saat secara resmi membuka seminar bertema “Prospek Perbankan Tahun 2026” yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) Solo Raya, Senin (13/10/2025) di Solo, Jawa Tengah.

Acara seminar Perbarindo dihadiri sejumlah komisaris, direksi, dan praktisi perbankan dari wilayah Solo Raya.

“Mari kita tingkatkan kapasitas dan pengetahuan kita agar mampu menghadapi tantangan yang ada, dan mengambil langkah yang tepat untuk meraih peluang yang tersedia,” ujar Eko Hariyanto dalam sambutannya.

Di kesempatan itu Eko mendorong peran krusial BPR dan BPR Syariah dalam mempermudah dan memperluas akses keuangan bagi masyarakat, terutama di pasar-pasar.

“Diharapkan BPR dapat berperan penting dalam membantu masyarakat dengan menyediakan layanan keuangan yang lebih mudah diakses dan terjangkau,” harapnya.

Analisis Risiko dan Komunitas Jadi Kunci di 2026

Pada kesempatan yang sama, Eko B. Supriyanto, Chairman Infobank Media Group, yang hadir sebagai narasumber kunci, memaparkan empat poin utama yang wajib dicermati BPR menjelang tahun 2026. Salah satu fokus utamanya adalah penguatan analisis risiko kredit sebagai upaya mitigasi potensi masalah kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL).

“BPR akan tetap menghadapi menu sehari-hari persoalan NPL,” kata Eko B. Supriyanto.

Mengutip catatan Infobank Institute, hal penting lain yang harus diperhatikan adalah efisiensi operasional, digitalisasi layanan untuk meningkatkan aksesibilitas, dan diversifikasi produk. Eko B. Supriyanto juga mengingatkan BPR untuk fokus pada ceruk pasarnya.

“BPR hadir di komunitasnya. Jangan pergi ke mana-mana. Membangun komunitas jauh lebih penting dari soal pricing suku bunga di tengah bajak-membajak nasabah yang dilakukan bank umum,” tegasnya.

Terkait kinerja, Eko B. Supriyanto memproyeksikan bahwa pertumbuhan kredit BPR Solo Raya pada tahun 2026 akan berada di kisaran 9-11 persen. Angka ini, kata dia, sedikit lebih rendah dibandingkan proyeksi pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang diperkirakan mencapai 10-12 persen.

Sementara Ketua Perbarindo Solo Raya, Titon Darmasto, menambahkan bahwa seminar ini dinilai sangat bermanfaat bagi para pelaku industri BPR dan BPRS dalam menyusun Rencana Bisnis Bank (RBB).

“Apalagi materinya lengkap dari makro perbankan sampai kondisi perbankan Solo dan sekitarnya,” ujarnya.

Kinerja Positif BPR/BPRS Solo Raya: Aset Tembus Rp13 Triliun

Data OJK Solo menunjukkan bahwa kinerja BPR dan BPRS di wilayah Solo Raya hingga posisi Agustus 2025 masih melanjutkan tren positif.

Secara keseluruhan, total aset BPR Solo Raya mencapai Rp11,67 triliun, dengan kontribusi 24,49 persen terhadap total aset BPR Jawa Tengah. Penghimpunan DPK tercatat sebesar Rp9,13 triliun dan penyaluran kredit mencapai Rp8,91 triliun. Rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) berada di level 97,56 persen, lebih tinggi dari rata-rata Jawa Tengah.

Namun, rasio NPL BPR Solo Raya tercatat sebesar 15,0 persen, dengan nominal NPL mencapai Rp1,34 triliun. Meskipun angka ini lebih rendah dibandingkan rasio NPL BPR di Jawa Tengah, namun masih lebih tinggi dari rasio NPL nasional.

Sementara itu, BPRS di Solo Raya mengelola total aset sebesar Rp1,46 triliun, dengan DPK di angka Rp1,01 triliun dan pembiayaan yang disalurkan mencapai Rp1,16 triliun. Rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) terpantau cukup tinggi, yaitu 114,90 persen.

Kabar baiknya, rasio Non Performing Financing (NPF) BPRS Solo Raya berada di angka 7,77 persen (nominal Rp89,80 miliar), lebih rendah dibandingkan NPF BPRS di tingkat Jawa Tengah dan nasional.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *