KUDUS JATENG – Kegiatan Car Free Day (CFD) menjadi momen bagi para pedagang pelaku UMKM mendulang keuntungan. Hari bebas kendaraan yang biasa berlangsung di hari Minggu ini merupakan kesempatan bagi pedagang kecil menambah pundi-pundi dari hasil jualannya.
Di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Bank Jateng memfasilitasi pelatihan kuliner bagi para pedagang yang biasa berjualan saat car free day untuk meningkatkan daya saing mereka.
Berkolaborasi dengan Dinas Tenaga Kerja, Perindustrian, dan Koperasi UKM Kabupaten Kudus, Bank Jateng sukses menggelar Pelatihan Tata Boga untuk puluhan pedagang yang tergabung dalam Paguyuban Pedagang Car Free Day (CFD) Kudus.
Pelatihan ini berlangsung selama tiga hari, yaitu Selasa hingga Kamis (26-28/8), dan diikuti oleh total 96 pedagang CFD. Kegiatan dibagi menjadi tiga sesi, dengan 32 pedagang mengikuti setiap sesi harian.
Pemimpin Bank Jateng Cabang Kudus, Risdianto, menjelaskan bahwa program ini adalah bagian dari peran aktif Bank Jateng dalam memberdayakan masyarakat.
“Bank Jateng sangat mendukung inisiatif ini karena kami percaya bahwa UMKM adalah pilar penting dalam perekonomian lokal. Melalui pelatihan ini, kami berharap para pedagang dapat menjadi lebih kreatif dan inovatif dalam menawarkan produk, sehingga kualitas dan daya saing mereka di pasar turut meningkat,” kata Risdianto, Sabtu.
Ia menambahkan, selain pelatihan, Bank Jateng juga berkomitmen memberikan pendampingan berkelanjutan, mencakup aspek permodalan, pengembangan usaha, dan akses informasi yang dibutuhkan pelaku usaha. Harapannya, kontribusi ini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kudus.
Tawarkan Menu Kekinian untuk Pedagang CFD
Ketua Paguyuban PKL CFD Kudus, Yanuar Hilmi, menyambut baik pelatihan ini. Menurutnya, tujuan utama kegiatan ini adalah untuk memberikan wawasan kuliner baru dan memperkenalkan menu-menu inovatif yang dapat menambah variasi dagangan mereka.
“Biasanya pedagang CFD hanya menjual makanan sederhana seperti cilok. Dengan pelatihan ini, mereka bisa memperkenalkan kuliner baru yang lebih variatif dan kekinian,” jelas Yanuar.
Pelatihan ini dipandu oleh Chef Veronica Julia Ratnasari, yang mengajarkan peserta cara membuat hidangan populer. Para pedagang tidak hanya belajar, tetapi langsung mempraktikkan:
Hari Pertama: Membuat odeng dan ichigo daifuku.
Hari Kedua: Mencoba membuat tiramisu sodok dan sate merah.
Hari Terakhir: Mempraktikkan pembuatan yakitori dan cake comel.
Meskipun berlangsung singkat, hanya sekitar dua jam per sesi, ilmu yang didapat diharapkan segera diaplikasikan di lapak CFD. Bahkan, para peserta didorong untuk melakukan demo masak di alun-alun Kudus guna memperkenalkan produk olahan terbaru mereka kepada masyarakat luas.
Pentingnya Kualitas dan Legalitas Usaha
Wakil Bupati Kudus, Bellinda Birton, yang turut hadir dalam pelatihan, memberikan apresiasi tinggi atas inisiatif kolaboratif ini. Menurutnya, pelatihan tata boga sangat selaras dengan upaya pemerintah daerah dalam meningkatkan kualitas produk kuliner PKL dan menjaga keamanan pangan.
“Ilmu yang diperoleh harus diterapkan dengan baik, agar produk yang dihasilkan lebih berkualitas, sehat, dan layak konsumsi,” tegas Bellinda.
Selain kualitas rasa dan tampilan, Bellinda juga mendorong para pedagang untuk segera melengkapi legalitas usaha, termasuk sertifikasi halal dan PIRT. Langkah ini sangat penting agar produk yang dijual menjadi semakin terpercaya dan memiliki daya saing yang lebih tinggi di pasaran.