Kredit Belum Cair Capai Rp2.372 Triliun, BI Minta Perbankan Turunkan Suku Bunga

JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, menilai tingginya angka undisbursed atau fasilitas pinjaman perbankan yang belum dicairkan, disebabkan oleh beberapa faktor dari sisi pengusaha.

Perry menyampaikan hal ini dalam konferensi pers secara virtual, Jakarta, Rabu (17/9/2025). 

Dikatakannya, BI mencatat, fasilitas pinjaman perbankan yang belum dicairkan masih sangat besar.

Per Agustus 2025, jumlahnya mencapai Rp2.372,11 triliun, setara dengan 22,71% dari total plafon kredit yang tersedia.

Menurut Perry, saat ini pengusaha masih bersikap wait and see, terbebani oleh tingginya suku bunga kredit, dan lebih memilih menggunakan dana internal perusahaan untuk pembiayaan.

Perry menegaskan, meskipun BI sudah menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) secara agresif sepanjang tahun 2025, perbankan belum responsif dalam menurunkan suku bunga kredit. Akibatnya, kata Perry, pertumbuhan kredit tetap lambat.

Hingga Agustus 2025, suku bunga kredit baru turun 7 basis poin, dari 9,20% menjadi 9,13%.

“Perkembangan ini mengakibatkan fasilitas pinjaman yang belum dicairkan masih cukup besar,” jelasnya.

Hal ini , lanjut Perry, tecermin dari rasio undisbursed loan pada Agustus 2025 yang mencapai Rp2.372,11 triliun atau 22,71% dari plafon kredit yang tersedia,” kata Perry.

“Penurunan suku bunga perbankan masih berjalan lambat dan karenanya perlu dipercepat,” ujar Perry.

Dari sisi perbankan, Perry menilai seharusnya ada ruang yang cukup besar untuk menyalurkan kredit. Hal ini terlihat dari rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) yang tinggi, yaitu sebesar 27,25% pada Agustus 2025.

BI mencatat, pertumbuhan kredit perbankan pada Agustus 2025 meningkat menjadi 7,56% (yoy), naik dari 7,03% pada bulan sebelumnya. Meski demikian, Perry menilai kinerja ini belum cukup kuat untuk menopang pertumbuhan ekonomi secara optimal.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *