Dorong Pertumbuhan Syariah Lewat Digitalisasi, BSI Jawab Stagnansi Aset dan Perubahan Preferensi Nasabah

JAKARTA – Bank Syariah Indonesia (BSI) secara agresif mengimplementasikan strategi digital untuk mengatasi stagnansi pertumbuhan aset perbankan syariah di Indonesia, sekaligus menjawab pergeseran perilaku nasabah yang kini lebih rasional dan menuntut layanan modern.

Direktur Utama BSI, Anggoro Eko Cahyo, menyoroti adanya kontradiksi besar di pasar keuangan syariah nasional. Meski Indonesia saat merupakan negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, menurut Anggoro, aset perbankan syariahnya malah tumbuh stagnan.

“Meskipun Indonesia memiliki populasi Muslim terbesar di dunia, pertumbuhan aset perbankan syariah relatif stagnan, di bawah 5%,” kata Anggoro dalam keterangan tertulisnya, Minggu (5/10/2025).

Pergeseran Nasabah Menuntut Layanan Kompetitif

Anggoro menjelaskan bahwa potensi pertumbuhan syariah harus didorong dengan mengakomodasi perubahan perilaku masyarakat.

Data riset menunjukkan bahwa segmen nasabah ‘Universalist’ dan ‘Rationalist’ yang memilih bank syariah berdasarkan keunggulan fungsional dan manfaat produk—telah melonjak dari 46,2% pada 2014 menjadi 59,1% pada 2024.

“Pergeseran ini adalah sinyal kuat. Nasabah kini menuntut layanan syariah yang kompetitif dan modern, setara dengan bank konvensional,” tegasnya.

Untuk itu, penguatan digital menjadi fondasi utama bagi BSI untuk meningkatkan penetrasi produk dan layanan keuangan syariah. Tren ini sejalan dengan dinamika global, di mana transaksi cashless telah menjadi transformasi yang tak terhindarkan.

Digitalisasi dan Inovasi Instrumen Keuangan

Sebagai bank syariah terbesar di Indonesia, BSI memposisikan diri sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi nasional. Strategi ini berfokus pada dua pilar: digitalisasi layanan dan inovasi instrumen keuangan syariah.

Anggoro menyebutkan bahwa BSI aktif mendukung likuiditas di pasar modal syariah, salah satunya melalui instrumen sukuk.

BSI aktif menerbitkan sukuk berkelanjutan Environmental, Social, and Governance (ESG) senilai Rp8 triliun yang mendapat animo sangat positif (oversubscribed lebih dari 100%).

BSI juga menawarkan berbagai produk investasi sukuk kepada investor ritel dan aktif dalam program wakaf linked sukuk untuk kemaslahatan umat.

“Digitalisasi adalah fokus utama perusahaan untuk memperluas inklusi keuangan syariah, yang saat ini masih jauh tertinggal berdasarkan hasil survei literasi,” tandas Anggoro.

BSI berkomitmen menyediakan layanan digital terbaik, baik untuk individu maupun institusi. Komitmen ini disertai dengan fokus berkelanjutan pada keamanan nasabah, good corporate governance, dan adaptasi terhadap dinamika teknologi, termasuk kecerdasan buatan, demi kemudahan dan kemajuan perbankan syariah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *