JAKARTA – Industri perbankan saat ini menghadapi tantangan lesunya penyaluran kredit ke sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Data dari Bank Indonesia menunjukkan perlambatan pertumbuhan kredit UMKM secara tahunan (YoY), yakni pada Mei 2025 Hanya tumbuh 1,9% YoY, dan April 2025 hanya tumbuh 2,3% YoY.
Angka ini sangat jomplang dibandingkan pertumbuhan kredit perbankan secara keseluruhan yang mencapai 8,43% YoY. Ini mengindikasikan bahwa sektor UMKM tidak mendapatkan porsi pertumbuhan kredit sebesar sektor lainnya.
Di tengah tantangan ini, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) mengambil beberapa langkah strategis, diantaranya menawarkan suku bunga khusus, terutama bagi pelaku usaha perempuan dan UMKM berbasis Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (LST).
EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn menjelaskan, bahwa langkah ini menunjukkan fokus BCA pada segmen UMKM tertentu yang dianggap memiliki potensi atau mendukung keberlanjutan.
Hera mengungkapkan, BCA menekankan prinsip kehati-hatian dengan melakukan seleksi ketat, monitoring berkala, dan penguatan edukasi bagi pelaku usaha.
“Tujuannya adalah menjaga kualitas portofolio kredit di tengah risiko yang melekat pada UMKM,” jelasnya
Kemudian, lanjut Hera, BCA memberikan edukasi untuk membantu pelaku UMKM agar memahami manajemen risiko dan meningkatkan kapasitas usahanya. Strategi lainnya, adalah menyesuaikan kemampuan masing-masing debitur UMKM dalam penyaluran kredit.
Masih dijelaskan Hera, Kinerja Kredit BCA per Maret 2025, untuk kredit UMKM tumbuh 10,5% YoY menjadi Rp130 triliun.
“Meskipun pertumbuhannya positif, angkanya masih di bawah pertumbuhan kredit korporasi,” ungkapnya.
Sedangkan Kredit Korporasi, kata dia, tumbuh lebih tinggi, yaitu 13,9% YoY menjadi Rp443,4 triliun. Ini menunjukkan bahwa BCA masih lebih agresif dalam menyalurkan kredit ke sektor korporasi.
Sementara Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, pernah menyatakan bahwa perbankan saat ini memang fokus pada pemulihan kualitas kredit UMKM, karena masih dibayangi risiko pembiayaan.
Dian menjelaskan, berdasarkan jenis penggunaannya, kredit investasi mencatatkan pertumbuhan tertinggi sebesar 13,74% yoy, disusul oleh kredit konsumsi yang tumbuh 8,82%, dan kredit modal kerja sebesar 4,94%.
Dari sisi debitur, kata Dian, kredit korporasi tumbuh 11,92%, jauh melampaui pertumbuhan kredit UMKM yang hanya 2,17% yoy.
“Kredit UMKM tumbuh di tengah upaya perbankan yang berfokus pada upaya-upaya pemulihan kualitas kredit UMKM dewasa ini,” tuturnya.
Ini semakin memperkuat poin bahwa pertumbuhan kredit UMKM memang melambat signifikan dibandingkan sektor lain, dan perbankan sedang berupaya keras untuk mengatasi isu kualitas kredit di sektor ini.