Serap 3,87 Juta Tenaga Kerja, OJK Optimis Industri Tekstil Topang Ekonomi Nasional

JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimis terhadap prospek industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), termasuk kulit dan alas kaki. Sektor ini dinilai krusial sebagai penopang ekonomi nasional dan penyerap tenaga kerja terbesar (padat karya).

Keyakinan ini didukung oleh peningkatan realisasi investasi TPT sebesar 31,1% menjadi Rp 39,21 triliun pada 2024, dibandingkan Rp 29,92 triliun tahun sebelumnya.

Pada kuartal I/2025, empat perusahaan tekstil dan pakaian jadi telah mengantongi Surat Keterangan Usaha (SKU) dengan total nilai investasi Rp 304,43 miliar. Industri TPT juga tercatat menyerap 3,87 juta tenaga kerja atau 20,51% dari total serapan sektor manufaktur.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, ekspor TPT mencapai USD 1,02 miliar per Februari 2025, naik 1,41% secara bulanan. Sementara itu, pembiayaan kredit perbankan untuk industri pengolahan TPT mencapai Rp 103,55 triliun pada Februari 2025, tumbuh tipis 0,19% secara tahunan.

Analis OJK, Dian Ediana Rae menekankan pentingnya kebijakan pemerintah yang mendukung peningkatan permintaan domestik dan industri TPT untuk mengatasi tantangan seperti biaya produksi tinggi dan impor ilegal.

“Terkait trade policy ini, regulasi pemerintah industrial policy dan investment policy sangat diharapkan untuk mengatasi disrupsi industri TPT,” kata Dian.

Ia mencontohkan, seperti tingginya biaya produksi dan impor tekstil ilegal, yang pada akhirnya meningkatkan risiko kredit bagi industri perbankan yang menyalurkan kredit pada industri TPT.

Hal senada diungkapkan Senior Vice President LPPI, Trioksa Siahaan, yang mengakui potensi industri TPT namun menyoroti persaingan ketat dengan produk impor dari China dan India. Ia menyarankan perbankan untuk selektif dalam menyalurkan kredit ke sektor ini. Trioksa juga mendorong pemerintah untuk melindungi industri tekstil dalam negeri melalui insentif.

Sementara Presiden Direktur OCBC, Parwati Surjaudaja, menilai portofolio kredit sektor tekstil banknya masih baik, dengan porsi di atas satu digit. Menurutnya, pemahaman nasabah terhadap industri ini menjadi faktor positif dalam menjaga kualitas kredit.

OCBC menyatakan kesiapannya melayani kebutuhan pembiayaan sektor TPT sesuai porsi yang ditetapkan.

“Selama ada nasabah di sektor ini yang membutuhkan, OCBC siap melayani sesuai porsinya. Jadi untuk NPL tidak lebih tinggi daripada industri,” ungkapnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *